Happy Inner Child vs Wounded Inner Child

 
Happy Inner Chield


Senang sekali rasanya saya dipertemukan dengan Ruang Pulih yang difasilitasi oleh Mbak Intan Maria Lie dimana saya bisa mencoba mengingat berbagai inner child yang mungkin bisa menjadi hambatan ketika dewasa saat ini.

Tidak ada yang salah dengan usia, pun di usia yang sebulan lagi menginjak 40 tahun tetap harus menggali inner childnya apalah ada yang salah atau tidak. Inner child tidak mengenal usia bahkan orang dengan usia 70 tahun saja bisa memiliki inner child yang mungkin bisa mengganggunya di masa tua.

Ohya sebelumnya saya ingin membedakan bahwa inner chield terbagi menjadi 2 yaitu:
  • Happy Inner Child
Happy Inner Child merupakan bagian dari diri kita di masa kecil yang membawa pada rasa bahagia. Pada happy inner child biasanya tidak menimbulkan trauman ketika seseorang berada pada usia dewasa namun ternyata ada beberapa individu yang belum move on dengan happy inner child yang dialaminya ketika kecil.

Misalnya saja kondisi keluarga yang terlalu bahagia di masa kecil membuat seseorang ketika dewasa justru tidak bisa move on bahkan ketika mengalami suatu kekecewaan dia akan membandingkannya dengan kehidupan di masa kecil.
  • Wounded Inner Child
Wounded Inner Child bisa diartikan sebagai masa kecil yang terluka dimana banyak pengalaman pahit yang diterima ketika seseorang masih kanak-kanak. Sebagai contoh ketika seseorang selalu dipukul oleh ayah ibunya ketika kecil karena dianggap nakal, maka bisa jadi pukulan demi pukulan dari kedua orang tua akan membekas dalam pikiran mereka sehingga ketia menikah dan punya anak, bisa jadi orang itu akan memperlakukan anaknya seperti orang tua memperlakukannya waktu kecil. 

Tentu Anda tidak mau kan hal ini terjadi pada anak Anda!

Parade Webinar Tanggal 29 Agustus 2021: Inner Child Menghambat dan Menghebatkan Masa Dewasa


Di atas merupakan sedikit prolog dari saya atas apa telah diterima dari 3 parade webinar yang saya diikuti. Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit bercerita mengenai parade webinar ketiga yang juga tak kalah menariknya dengan 2 webinar sebelumnya.

Webinar ketiga dibawakan oleh pemateri Bapak Adi W. Gunawan dan Bapak Asep Haerul Gani dengan tema "Inner Child Menghambat dan Menghebatkan Masa Dewasa". Inner child dalam tema yang akan dibawakan oleh kedua pemateri tersebut menjelaskan bahwa tidak selamanya menghambat masa dewasa namun bisa juga menghebatkan. Tentu kalian ingin donk inner child tidak membelenggu sampai dewasa.

Berikut akan saya paparkan mengenai insight dari dua orang pemateri hebat yang dapat saya tangkap. Tentunya insight dari saya bisa jadi tidak sama dengan teman-teman lain yang mengikuti webinar tersebut karena bisa jadi pengalaman satu orang berbeda dengan lainnya.

Insight Materi Webinar yang Disampaikan Oleh Bapak Adi W. Gunawan

Bahwasanya inner child yang ada di dalam diri seseorang akan mengganggunya sampai dewasa. Sepertinya memang relate banget sih ya jika saya mengamati diri sendiri walau mungkin itu merupakan happy inner child. 

Sebagai contoh saya yang memiliki masa kecil bahagia begitu kehilangan figur Bapak akan sedikit goyah ketika mengalami kendala atau lika liku kehidupan. Tidak terbiasa menerima masalah dikarenakan dahulu ada sosok Bapak yang selalu hadir dalam hidup kita bisa jadi itu merupakan masalah dalam diri saya.

Bapak Adi W. Gunawan mengatakan bahwa ternyata di dalam diri kita ada tiga bagian diri yaitu positif, negatif dan ada yang namanya bagian diri mengamati diantara positif dan negatif.

Contoh yang diberikan Bapak Adi W. Gunawan menarik sekali karena itu "gue banget". Sederhana tapi ada benarnya. Misal kita bangun tidur, ada satu bagian yang ingin segera bangun, ada satu bagian yang menunda-nunda bahkan menolak untuk bangun, lalu ada bagian yang berfungsi mengamati kedia bagian tersebut.

Inner child bisa menghambat dan tercermin dalam kualitas hidup kita. Emosi yang dimiliki oleh manusia harus diekspresikan, jika tidak maka akan muncul penyakit psikosomatis. Seseorang masih dikatakan belum pulih dari inner child apabila masih banyak drama dalam hidupnya. 

"Belajarlah untuk memberi kasih dan cinta pada diri sendiri". Kalimat dari Bapak Adi W. Gunawan ini sangat menginspirasi dan memberi tekad bulat bahwa mulai saat ini saya harus mulai mencintai diri sendiri dan tidak pernah menyesali karunia Tuhan yang diberikan pada diri saya.

Insight Materi Webinar yang Disampaikan Oleh Bapak Asep Haerul Gani

Dulu saya kira ada yang salah dalam diri ini manakala memainkan banyak peran di setiap situasi yang berbeda. Namun ternyata hal tersebut adalah wajar seperti yang disampaikan oleh Bapak Asep Haerul Gani bahwa manusia memang wajar menggunakan "topeng" di situasi yang tepat. Ingat, penekanannya adalah "MENGGUNAKAN TOPENG DI SITUASI YANG TEPAT". Karena jika tidak tepat maka bisa memicu konflik.

Sebagai seorang istri maka perempuan harus memakai topeng di hadapan suaminya, dalam artinya dia harus berperan sebagai istri yang berkewajiban taat pada suami. Jangan sampai ketika di depan suami, istri menggunakan topeng sebagai bos sama seperti ketika dia menjabat posisi penting di kantornya. Yang ada justru istri akan menjatuhkan harga diri suami. Apabila ada pasangan suami istri yang sedang bertengkat, maka yang bertengkar itu bagian diri yang lain dari dua orang tersebut.

Topeng ini tidak hanya dipakai dalam relasi suami istri namun juga di berbagai kehidupan yang lain misal atasan dan bawahan, ibu dan anak, guru dan murid serta relasi lainnya. Pastikan kita tidak menggunakan topeng yang salah agar tidak memicu konflik di kemudian hari.


Kesimpulan

Tiap manusia memiliki pengalaman di masa kecilnya dan bisa jadi hal itu yang membentuk dirinya seperti sekarang ini. Jangan membenci diri Anda yang dulu karena bisa jadi diri kita yang dulu merupakan proses terbentuknya pribadi yang sekarang yang lebih matang serta tangguh.

Jadi tetap bertumbuh ke arah yang lebih baik yah gaes walau mungkin usia kalian sudah tidak muda lagi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama