Inner Child dan Kenangan Masa Kecil

 
Inner Child dan Kenangan Masa Kecil


Apa sih yang kalian ingat begitu mengenang masa lalu? Tentu setiap orang punya kenangannya sendiri-sendiri dan saya yakin tak akan pernah sama. Kenangan ada yang sangat membekas di hati baik itu kenangan indah maupun buruk. Namun semua tetap kenangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kenangan memiliki arti sesuatu yang membekas dalam ingatan dan juga kesan dalam ingatan. Lantas apabila kita lupa terhadap sesuatu hal yang terjadi di masa lalu apakah itu bukan kenangan? Menurut saya bisa jadi iya karena jika kita lupa terhadap suatu kejadian di masa lalu maka artinya kejadian itu tidak memiliki makna sama sekali dalam hidup kita.

Mengenai kenangan masa kecil, saya jadi teringat dengan seorang psikolog yang concern dengan dunia anak yang bernama Kak Seto Mulyadi. Sebenarnya saya pribadi pun hanya mengenal beliau melalui lagu-lagu anak yang dibawakannya seperti lagu dengan judul Si Komo Lewat Tol yang dirilis pada tahun 1992.

Tahun 1992 saya sudah berusia 11 tahun dimana sampai saat ini masih familiar sekali apabila lagu ini diperdengarkan di telinga saya. Semacam nostalgia yang membawa saya kembali ke kota tempat tinggal dulu bersama kedua orang tua dan kedua kakak saya.

Masa kecil saya di tahun 1992 sangat ceria dimana kami berlima masih berkumpul lengkap sebelum kedua kakak melanjutkan sekolah ke Pulau Jawa dan tentu saja Bapak masih hidup dan berada di tengah-tengah kami semua.

Rasanya baru kemarin saya mendengar lagu-lagu Kak Seto di radio dan televisi kalau tidak salah karena pada tahu tersebut televisi masih hanya ada satu channel saja. Begitu cepat waktu berlalu dan saya disibukkan dengan segala hal urusan duniawi hingga akhirnya saya pun sempat lupa dengan sosok Kak Seto dan lagu-lagu beliau.




Lalu di tahun 2021 ini saya berkesempatan bisa bertemu Kak Seto secara online melalui webinar yang diselenggarakan oleh Ruang Pulih pada tanggal 12 September 2021. Suatu kebanggaan banget bagi saya dan rekan-rekan blogger lainnya karena satu frame dengan Kak Seto yang legendaris sekali dari sejak saya berada di bangku SMP lho.

Kak Seto dan Kenangan Masa Kecil

Kali ini Kak Seto akan menyampaikan apa yang beliau kuasai yang ada hubungannya dengan inner child sebagai tema utama dalam marathon webinar selama kurang lebih hampir dua bulan ini.

Menurut Kak Seto, pada usia 4 sampai 5 tahun pada anak-anak adalah puncak kreativitas yang timbul namun ketika menginjak lebih dari usia 5 tahun terjadi penurunan kreativitas anak yang yang disebut hydrox dikarenakan adanya norma-norma yang harus dipatuhi.

Anak di usia 4 sampai 5 tahun penuh dengan spontanitas dan tidak malu dalam mengekspresikan segela hal. Semua anak pada dasarnya cerdas dan jenius pada bidang yang berbeda.

Tak pernah terbayang dalam benak saya sebelum mengikuti dan mendengar cerita perjalanan Kak Seto bahwa ketika beliau kecil juga pernah mengalami kesedihan di saat dibanding-bandingkan dengan saudara kembarnya.

Kak Seto sendiri memiliki saudara kembar dimana ketika kecil beliau dianggap bandel oleh keluarga. Karena tidak ingin terus menerus berada dalam stigma itu akhirnya Kak Seto memilih berpisah dari saudara kembarnya dan pindah ke kota yang berbeda. Dari situlah perjalanan hidup Kak Seto dimulai.

Pernah tidak kalian dibandingkan dengan orang lain? Dibandingkan dengan saudara sendiri, dengan sahabat karib bahkan bisa saja lho dibandingkan dengan orang lain yang bahkan tidak kita kenal.

Bagi saya pribadi yang pernah dibandingkan dengan orang lain, pastinya ada beberapa perasaan di hati yang bisa mengakibatkan luka dan bisa saja akan timbul hal-hal berikut ini:
  1. Merasa tidak dihargai manakala dibandingkan dengan orang lain
  2. Putus asa dan pesimis
  3. Dapat menimbulkan rasa minder dan rendah diri di kemudian hari.
Dulu saya merasa diri ini paling tertinggal dengan teman-teman kuliah. Teman-teman kuliah saya hampir semua menjadi Pegawai Negeri Sipil, menikah dan memiliki anak-anak serta keberhasilan lainnya.

Mungkin dulu standar keberhasilan saya adalah karir di pemerintahan namun seiring berjalannya waktu mindset saya pun berubah dan ternyata setiap manusia punya pencapaiannya masing-masing, Tidak bisa dibandingkan begitu saja antara satu orang dengan lainnya.

Kak Seto juga bercerita ketika beliau kecil dongeng yang selalu dibacakan neneknya merupakan semangat terbesar beliau untuk selalu berpikiran positif. Menurut Kak Seto kita sebagai manusia harus menemukan kekuatan pada diri sendiri misalnya saja tidak boleh sombong dan selalu rendah hati.

Kak Seto mengajarkan kita untuk selalu GEMBIRA yang tentu saja tidak sekadar gembira namun ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
G = Gerak
E = Emosi Cerdas
M = Makan dan Minum Teratur
B = Bersyukur
I = Istirahat, Lupakan Masalah
R = Rukun dalam Keluarga
A = Aktif Berkarya

Kesimpulan

Ada pesan moral yang sangat menohok batin saya setelah mendengar pemaparan Kak Seto. Betapa selama ini saya banyak menuntut pada semesta akan kebahagiaan diri sendiri. Menurut Kak Seto, "Bukan Kita Bahagia Lalu Bersyukur, Namun Seharusnya Bersyukur Dulu Lalu Bahagia"

Disini saya menyadari bahwa diri ini terlalu banyak menuntut pada Tuhan untuk diberikan kebahagiaan lalu dengan syarat saya akan bersyukur setelah diberi kebahagiaan. Seharusnya memang saya memanjatkan rasa syukur terlebih dahulu kepada Tuhan lalu yakinlah bahwa semesta akan memberikan kebahagiaan tiada tara.

Kak Seto mengajarkan kepada saya mengenai sikap positif yang harus selalu kita terapkan dalam hidup. Bagaimana dengan konsep GEMBIRA yang diusung beliau membuat saya berusaha menjalani hidup tanpa harus menoleh pada masa lalu dan melupakan kesedihan yang mungkin diakibatkan oleh inner child.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama