Menerima dan Memaafkan Masa Lalu

 
Menerima dan Memaafkan


Tulisan saya ini bukan click bait namun merupakan motivasi bagi kita semua untuk menerima apapun peristiwa pahit yang pernah dialami di masa kecil. Setiap orang pasti memiliki pengalaman tak menyenangkan dalam hidupnya di masa kecil. Namun reaksi dari pengalaman yang tak menyenangkan setiap individu itu berbeda-beda tergantung dari sudut penilaian.

Ada yang menganggap pengalaman tak menyenangkan di masa kecil sebagai sesuatu yang telah lewat dan tak perlu dibahas lagi. Namun ada pula pribadi yang tak bisa melupakan begitu saja semua peristiwa tak menyenangkan bahkan buruk di masa kecil yang menimpanya bahkan sampai terbawa hingga ia dewasa.

Parahnya lagi pengalaman tak menyenangkan itu mungkin akan dilampiaskan pada orang-orang yang hadir di masa depannya kelak, misalnya pada anak-anak dan pasangan hidupnya. Tentu saja hal tersebut tidak baik jika pelampiasan pada pengalaman buruk di masa lalu akan terus terbawa sampai sekarang bahkan sampai akhir hayat kita. Hidup menjadi tak bahagia karena dibayang-bayangi oleh pengalaman buruk itu.

Tentunya kalian semua ingin hidup dalam rasa damai, tenang tanpa bayang-bayang trauma masa kecil donk ya. Nah pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak kepada kalian para pembaca blog saya untuk mengikuti siaran ulang parade webinar yang diinisiasi oleh Ruang Pulih yang ditayangkan pada 5 Septemeber 2021 lalu dimana membawakan tema "Kecerdasan Emosional Mencipta Kebahagiaan ?".

Materi di webinar tersebut dibawakan oleh Ibu Naftalia Kusumawardhani sebagai seorang psikolog klinis dan Bapak Anthony Dio Martin sebagai EQ Trainer Indonesia dimana saya sangat menangkap energi memaafkan ketika Ibu Naftalia Kusumawardhani membawakan materi beliau dan tentu saja kisah hidup yang sangat menginspirasi dari Bapak Anthony Dio Martin.

Sebab bagi saya tidak mudah bagi diri ini secara pribadi bercerita mengenai pengalaman masa lalu seperti Bapak Anthony sambil tertawa dan bahkan seolah tak ada beban. Mungkin kalau saya menjadi seorang Pak Anthony akan berkaca-kaca dalam menceritakan pengalaman pahit di masa kecil. Dari situ saya menangkap bahwa Bapak Anthony sudah berdamai dan memaafkan orang-orang yang pernah berlaku buruk terhadap beliau di masa kecil.

Mau tahu insight yang saya dapatkan dari dua orang narasumber webinar 5 September 2021 lalu? Yuk simak ulasan saya berikut.

Insight Dari Webinar Ibu Naftalia Kusumawardhani

Ibu Naftalia dalam materinya memberikan pencerahan bagi seseorang untuk menerima masa lalu berupa adanya luka di masa kecil misalnya saja dengan memiliki orang tua yang selalu membandingkan dirinya dengan kakak atau adiknya serta perlakuan lain di diberikan orang tua padanya.

Mengakui perasaan terhadap peristiwa yang dialami seseorang di masa kecil karena hal tersebut berguna untuk memaafkan segala hal yang terjadi di masa lalu. Menurut Ibu Nafatali esensi dari memaafkan adalah melepaskan namun tidak mungkin untuk melupakan. Seseorang harus bisa menerima dulu perasaan yang muncul akibat rasa marah untuk dapat memaafkan.

Menerima dan memaafkan masa lalu



Bedakan orang sebagai subjek dan perilakunya sebab dengan kemampuan kita untuk bisa membedakan kedua hal tersebut akan menjadikan kita bisa mengatur sikap terhadap orang tua. Karena sejatinya orang tua itu sayang kepada anak-anaknya hanya cara pengungkapannya saja yang mungkin kurang tepat.

Saya jadi ingat ketika berada di bangku SMP dimana teman-teman saya sedang merayakan acara tahun baru sementara saya diam di rumah bersama dengan kedua orang tua. Kemudian tiba-tiba ada dua orang teman datang ke rumah menjemput saya untuk turut serta memeriahkan malam pergantian tahun.

Almarhum Bapak melarang saya ikut dan mengatakan hal tersebut kepada kedua teman saya. Sempat terbersit kekecewaan di raut wajah saya pastinya karena tidak diperbolehkan berkumpul bersama teman SMP namun untungnya rasa kecewa itu tak lama karena saya bukan tipe anak remaja yang mudah baper di kala itu. Untungnya saya termasuk tipe remaja yang asyik dengan banyak hal seperti musik dan radio sehingga jika kecewa pada satu hal akan dengan mudah teralihkan ke hal lain.

Seiring berjalannya waktu saya menyadari bahwa tindakan almarhum Bapak tersebut ada benarnya bahkan sangat tepat. Beliau tahu bagaimana melindungi anak perempuannya dan walau mengecewakan bagi saya namun ketika dewasa dampaknya sangat berarti yaitu saya lebih menjaga pergaulan dengan lingkungan sekitar.

Namun bagaimana jika individu yang berada pada posisi tersebut bukan saya yang bisa memandang apa yang dilakukan orang tuanya adalah bertujuan melindungi anak perempuan. Tentu yang ada di benaknya hanyalah orang tua yang mengekang kebebasan anak mereka dan hal-hal negatif lainnya.

Insight Dari Webinar Bapak Anthony Dio Martin

Ketika Bapak Anthony Dio Martin muncul pertama kali di webinar, ada energi positif yang mengisi relung hati saya dikarenakan keceriaan serta semangat beliau dalam membawakan materi sehingga suasana menjadi lebih hidup aja sih walau mungkin penyampaian bersifat satu arah.

Saya sangat tersentuh ketika Bapak Anthony Dio Martin bercerita mengenai masa kecil beliau yang tidak mampu secara materi dan bagaimana beliau diperlakukan dengan kasar oleh keluarga besarnya akibat ketidakmampuan secara finansial.

Peran ibunya lah yang membuat Bapak Anthony Dio Martin menjadi seorang anak yang kuat dan tangguh hingga bisa meneruskan pendidikan sampai beliau sarjana juga tidak patah semangat serta menjadikan hal tersebut sebagai luka di masa depannya.

Menurut Bapak Anthony Dio Martin masih banyak dari kita yang melakukan sabotase pada bagian diri sendiri untuk tidak berkembang dan terbelenggu dengan masa lalu. Hal ini yang menyebabkan diri kita sulit memaafkan masa lalu hingga akhirnya terbentuk wounded inner child atau inner child yang terluka.

Bapak Anthony mengambil contoh dua orang saudara laki-laki yang mengalami wounded inner child atau mengalami luka di masa kecilnya dimana ketika dewasa terbentuk 2 pribadi yang berbeda yaitu:
  • Gagal
Laki-laki yang gagal dalam hidupnya ditunjukkan dengan kehidupan yang berantakan seperti suka mabuk-mabukkan, berjudi dan segala perilaku buruknya itu dikarenakan dia tidak bisa lepas dari belenggu inner child yang menyakitkan.
  • Berhasil
Laki-laki yang berhasil di masa depannya tentu saja dia berhasil melepaskan ikatan belenggu duka dan luka inner childnya.

Kedua saudara tersebut memandang inner child dari sudut pandang yang berbeda. Sama halnya dengan yang dialami Bapak Anthony dimana beliau tidak ingin terbelenggu kenangan pahit di masa kecil hingga akhirnya beliau memutuskan untuk mengambil kuliah jurusan psikologi yang dianggap sebagai sarana untuk berobat jalan.


Kesimpulan

Demikian tulisan singkat saya setelah mengikuti parade Webinar pada tanggal 5 September 2021 yang diisi oleh Ibu Naftalia Kusumawardhani dan Bapak Anthony Dio Martin dimana banyak sekali hikmah yang saya dapat ketika meresapi materi yang mereka bawakan.

Dari Ibu Naftalie saya belajar bahwa ketika memaafkan seseorang maka jangan melihat pribadi secara personal namun maafkanlah perilakunya. Sebab jika kita melihat seseorang secara personal maka bisa jadi pandangan subjektif yang akan mengaburkan rasa memaafkan tersebut.

Dari Bapak Anthony saya belajar bahwa luka masa lalu atau pengalaman tak menyenangkan di masa kecil jangan terbawa sampai dewasa yang menyebabkan diri ini menampilkan sosok rapuh dan penuh kebencian. Akan lebih baik jika kita menjadikan pengalaman buruk masa lalu sebagai cambuk untuk lebih baik di masa depan.

Jadi bagaimana dengan kalian? Sudahkan kalian menerima dan memaafkan masa lalu yang mungkin tidak menyenangkan bahkan cenderung buruk? Yuk, lepaskan perasaan buruk di masa lalu dan mulai buka lembaran baru penuh pemaafan untuk masa depan.

Post a Comment

أحدث أقدم